Total Tayangan Halaman

Rabu, 13 November 2013

MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan salah satu cara pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi yang menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa menggunakan sinar x. ( Rasad Sjahrar )
Keuntungan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
a.       MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak  otak, sumsusm tulang serta muskuloskeletal
b.      Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas
c.       Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi, dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan
d.      Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak , dan miring tanpa merubah posisi pasien
e.       MRI tidak menggunakan radiasi pengion
f.       Tidak merusak kesehatan pada penggunaan yang tepat
g.      Banyak pemeriksaan yang dapat dikerjakan tanpa memerlukan zat kontras

Kerugian Magnetic Resonance Imaging (MRI)
a.       Tidak semua orang dapat masuk ke mesin ini. Contoh karena ukuran tubuh yang besar.
b.      Adanya penyakit claustrophobic yang menyebabkan ketakutan yang berlebihan jika masuk ke dalam tabung.
c.       Terdapat noise yang sangat berlebihan selama masa scanning
d.      Diharapkan kepada pasien agar tetap menjaga posisi tubuhnya selama masa scanning.
e.       MRI sangat mahal sekali, sehingga untuk melakukan diagnosa membutuhkan biaya yang besar.
f.       Peralatan yang digunakan juga mengalami interferensi, sehingga mempengaruhi pola image yang dihasilkan.
g.      Waktu pemeriksaan cukup lama
h.      Pasien yang mengandung metal tak dapat diperiksa terutama alat pacu jantung, sedangkan pasien dengan wire dan stent maupun pen boleh diperiksa
Komponen MRI terdiri dari magnet utama, shim coil dan gradient coil, radiofrequency (RF) dan komputer
1.      Magnet utama
Magnet utama digunakan untuk memproduksi medan magnet yang besar dan mampu menginduksi jaringan atau objek sehingga mampu menimbulkan magnetisasi dalam objek. Beberapa jenis magnet utama adalah
a.       Magnet permanen
Magnet permanen terbuat dari beberapa lapis batang keramik ferromagnetik dan memiliki kuat medan magnet maksimal 0,3 Tesla (Bontrager, 2001). Magnet ini dirancang dalam bentuk tertutup maupun terbuka (C shape) dengan arah garis magnetnya adalah antero-posterior. Magnet permanen tidak memerlukan listrik, kadang dirancang dengan model terbuka dan sangat umum digunakan pada pasien-pasien klaustrophobia, obesitas ataupun pasien dengan pemeriksaan musculoskeletal dan teknik intervensional yang sulit dilakukan dengan MRI  yang tertutup (Westbrook dan Kaut, 1998)
b.      Magnet resistif
Medan magnet dari jenis resistif dibangkitkan dengan memberikan arus listrik pada kumparan. Kuat medan magnet yang mampu dihasilkan mencapai 0,3 Tesla
c.       Magnet superkonduktor
Prinsip magnet konduktor sama dengan magnet resistif. Karakteristiknya adalah tahanan penghantar nol, arus listrik kontinyu, medan magnet konstan, membutuhkan pendingin (helium) dan stabilitas medan magnet tinggi serta homogen. Menurut Bushong (1995) magnet superkonduktor menghasilkan kuat medan magnet hingga 14 tesla untuk tujuan analisis spektroskopi dan fisik energi tingkat tinggi. U.S Food and Drug Administration membatasi untuk penggunaan klinis kekuatan medan magnet yang digunakan sampai dengan 2 tesla, tetapi yang biasa digunakan antara 0,5 tesla sampai 1,5 tesla
2.      Shim coil adalah coil resistif yang digunakan untuk mengoreksi medan  magnet meningkatkan homogenitas. Ini mendasari kualitas citra. Shim coil terletak didalam gantri pada MRI scanner, sepanjang magnet dan gradient coil.
3.      Gradient coil
Gradient coil merupakan penghasil magnet gradien. Terdapat tiga buah koil gradien masing-masing mengarahkan medan magnet sehingga berada pada sumbu x, y, z ketiganya dapat dioperasikan sesuai dengan kebutuhan untuk mendapatkan pulse sekuens dan tempat lokalisasi yang tepat pada irisan anatomi tubuh. Sistem pencitraan yang berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah kumparan koil, yaitu :
a.)    Gradien koil X, untuk membuat citra potongan sagital
b.)    Gradien koil Y, untuk membuat citra potongan koronal
c.)    Gradien koil Z, untuk membuat citra potongan aksial. Jika gradien koil X,Y, dan Z bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk potongan oblik

4.      Koil Radio Frekuensi
Koil radio frekuensi (RF), koil RF terdapat 2 tipe yaitu koil pemancar dan penerima. Koil pemancar berfungsi untuk memancarkan gelombang radio pada inti yang terlokalisir sehingga terjadi eksitasi, sedangkan koil penerima berfungsi untuk menerima sinyal output dari sistem setelah proses eksitasi terjadi (peggy dan freimark, 1995). Sistem frekuensi radio berfungsi membangkitkan dan memberikan radio frekuensi serta mendeteksi sinyal.

5.      Komputer
Sebuah alat yang digunakan untuk mengontrol bagian dari sistem dan memungkinkan operator berinteraksi dengan sistem. Dengan kemampuan piranti lunaknya yang besar komputer mampu melakukan tugas-tugas multi, diantaranya adalah operator input, pemilihan potongan, kontrol sistem gradient, kobtrol sinyal RF. Sistem komputer berfungsi membangkitkan sekuensi pulsa, mengontrol semua komponen alat MRI dan menyimpan memori beberapa citra. Dan Sistem pencetakan citra, berfungsi untuk mencetak gambar pada film rontgen alat untuk menyimpan citra.
Prinsip kerja Magnetic Resonance Imaging (MRI):

Tubuh manusia paling dominan terdiri atas cairan sehingga atom – atom yang mendominasi jaringan biologi adalah atom hidrogen. Di dalam prinsip kerja MRI atom hidrogen yang digunakan adalah proton. Sebelum dimasukkan kedalam medan magnet, proton ditubuh manusia masih bersifat acak. Ketika sudah dimasukkan ke dalam medan magnet yang sebesar 0,064 tesla – 1,5 tesla , proton di dalam tubuh akan berubah menjadi searah. Dan terjadi peristiwa magnetisasi. Setelah itu proton diberi energi radiofrekuensi . Gelombang radiofrekuensi yang digunakan biasanya 90o dan 180o. Radiofrekuensi ada 2 yaitu memancarkan dan menyerap. Ketika radiofrekuensi masih dalam keadaan on proton masih dalam keadaan searah sedangkan ketika radiofrekuensi dihentikan ( off ) proton tersebut ada yang tereksistasi dan diserap peristiwa ini disebut relaksasi. Dan radiofrekuensi ini kembali ke keadaan semula dan yang diserap ini berupa sinyal listrik dan ditangkap oleh gradient. Di gradient coil terbentuknya sebuah sebuah pencitraan atau irisan tubuh manusia yang berbentuk sagital , coronal , axial. Sinyal listrik ini diteruskan ke radiofrekuensi elektronik . Sinyal listrik yang berupa data analog yang berada di radiofrekuensi elektronik ini akan dirubah menjadi data digital oleh ADC dan berbentuk dalam data biner dan kemudian diteruskan ke CPU berbentuk algoritma. Dari CPU ini data digital tersebut ada yang diteruskan ke data storage , image console , image processor . dan kemudian tampil gambaran di image display.

USG (ULTRA SONOGRAFI)

Pengertian USG
Ultrasonografi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan gelombang ultrasound frekwensi tinggi 1-15 MHz. Ultrasonografi dibentuk dari beberapa komponen-komponen dasar. Komponen-komponen dasar USG tersebut diantaranya adalah Master Synchronizer, Tranducer, Pulse/Transmitter, Receiver dan Image Processor, Display.
Komponen USG :
Suatu sistem basic pulse-echo instrumentasi terdiri dari suatu tranduser yang bergantung pada konfigurasinya, dapat mengandung satu atau lebih elemen piezoelektrik. Energi di dalam sistem basic pulse-echo adalah energi listrik, tetapi energi di dalam tubuh pasien adalah bunyi (energi mekanik). Fungsi tranduser adalah merubah energi listrik menjadi energi mekanik selama transmisi dan mengubah energi mekanik kembali menjadi energi listrik selama penerimaan.
                  Bagian pulse dari suatu sistem pulse-echo memberikan eksitasi (rangsangan) shock kepada tranduser. Voltase eksitasi dari pulse dapat bervariasi pada beberapa sistem ultrasound. Variasi voltase eksitasi tranduser mempengaruhi jumlah energi yang keluar dari tranduser.

A.    Master Synchronizer
            Yaitu rangkaian elektronik yang berfungsi untuk mengatur seluruh fungsi-fungsi ultrasonografi.

B.     Tranduser
                  Yaitu sebagai transmitter dan receiver gelombang suara. Secara umum dapat diartikan suatu perlatan yangdapat mengubah suatu bentuk energi ke bentuk yang lain.Misal : akustik ke kinetik, elektrik ke panas dan motor elektrik.
                  Tranducer memiliki beberapa elemen, yaitu :
1.      Elemen aktif
            Yaitu kristal piezo elektrik, biasanya lead titanate atau lead zirconate dalam bentuk bubuk, kemudian diproses sesuai bentuk dan ukuran yang dikehendaki.

            Efek Piezoelektrik yaitu bahan-bahan yang dapat menimbulkan tegangan ketika bentuk bahan tersebut berubah atau material yang mengalami perubahan bentuk bila menerima suatu tegangan.
2.      Elemen Samping (Backing Material)
            Yaitu bahan yang berada tepat dibelakang elemen aktif dan berfungsi untuk menyerap suara  yang memantul kebelakang (menjauhi pasien) dan meningkatkan karakteristik imaging tranduser.
3.      Matching Layer
            Terletak didepan kristal kontak langsung dengan kulit pasien, yang memiliki nilai impedansi antara kulit dan kristal sehingga energi suara dapat secara maksimal ditranmisikan.
4.      Wire (kabel)
            Digunakan sebagai perantara pengirim dan menerima energi untuk diproses menjadi gambar.
            Tranduser mempunyai frekwensi (untuk pulse US) yang ditentukan oleh ketebalan dan cepat rambat bahan piezoelektrik. Semakin tipis aktif elemen, semakin tinggi frekwensi tranduser. Semakin besar cepat rambat aktif material, semakin besar frekwensi trandusernya.
            Kecepatan sebelum kembali eksitasi pulser ke tranduser disebut Pulse Repertition Frequency (PRF) yang ditentukan oleh timing section. Timing section juga memberikan sinkronasi pada bagian-bagian sistem lain sehingga echo yang kembali akan diproses dan di display sesuai dengan posisi aksialnya.
Frekwensi tranduser dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
a.       Bandwidth (Hz)
Yaitu rentang frekwensi terendah dan tertinggi suara yang dikeluarkan oleh tranduser. Semakin kecil bandwidth nilai frekwensi yang dikeluarkan tranduser semakin tepat. Damping material akan meningkatkan nilai bandwith. Semakin pendek pulsa, semakin tinggi bandwidth. Misal tertulis 3,5 MHz yang dikeluarkan bisa 2-5 MHz.
b.      Faktor Q
Faktor Q menunjukan kemampuan tranduser untuk mengeluarkan frekwensi ultrasound yang bersih/jernih. Tranduser imaging cenderung mempunyai faktor Q yang rendah, hal tersebut diperlukan karena untuk menghasilkan pulsa pendek.Pulsa pendek akan menghasilkan resolusi aksial yang baik. Bandwidth lebar dan faktor Q rendah akan menghasilkan pulsa pendek sehingga resolusi aksial semakin baik.
                  c.   Panjang pulsa (Pulse Length)
                  Panjang pulse yang digunakan untuk diagnostik yang paling ideal adalah very short pulse yang dikeluarkan kristal, dan kristal menunggu waktu yang cukup panjang unutk menerimasuara yang kembali.
c.       Resolusi
Resolusi terbagi atas 3 jenis, yaitu :
1.      Resolusi spatial, adalah kemampuan untuk menunjukan gambaran dari struktur yang terpisah yang sangat berdekatan agar terekam pada gambar.
2.      Aksial resolusi, adlah untuk membedakan jaringan/interface yang searah dengan datangnya berkas suara. Nilai resolusi aksial adalah separuh panjang pulsa.
3.      Lateral resolusi, adalah untuk membedakan jaringan/interface yang tegak lurus berkas suara.
                        Yang mempengaruhi resolusi, yaitu :
1.      Resolusi axial : tergantung oleh internal elektronik equipment dan karakteristik tranduser yakni damping dan frekwensi tranduser. Damping dan frekwensi akan menentukan panjang pulsa.Panjang pulsa sependek mungkin, untuk menghasilkan resolusi axial sebaik mungki. Frekwensi yang tinggi akan menghasilkan “short pulse”. Dalam USG diagnostik panjang pulse = 1 microsecond, sehingga mampu mennjukan resolusi hingga 1-2 mm.
2.      Resolusi lateral : ditentukan oleh lebar bandwidth. Karakteristik tranduse yang mempengaruhi bandwidth adlah ukuran kristal, frekwensi dan focusing. Resolusi lateral bagus pada daerah fresnel zone. Freze zone akan semakin panjang bila diameter kristal yang semakin lebar, dan semakin tinggi frekwensi. Resolusi lateral akan semakin baik pada daerah focal zone.
Best lateral resolutin diperoleh dfengan latge tranduser dan high frekwensi. Tapi perlu diingat bahwa semakin tinggi frekwensi tranduser, attenuasi jaringan akan meningkat, dan penetrasi suara ke dalam jaringan akan menurun.
Dengan face tranduser yang lebar dan high frekwensi akan menyebabkan berkas suara melebar dan penetrasinya ke dalam tubuh berkurang, untuk mengantisipasinya dengan menggunakn focusing.
d.      Focusing Tranduser
Focus adalah lokasi dimana berkas suara mencapai diameter minimum. Focusing bertujuan untuk memfocuskan berkas suara, efektif pada daerah freze dan focal zone.
Macam-macam tranduser, yaitu :
1.      Statis (B-Scan)
-          cakupan gambar lebih luas
-          resolusi lebih bagus
tetapi waktu scan lebih lama, gerakan pasien movement structure.
2.      Real Time Imaging/dinamik
-          Mechanical scanning
-          Tranduser array
-          Water path scanner
                              Suatu image real time ultrasound di up date setiap detiknya uyntuk menghasilkan suatu display langsung. Kecepatan frame yang tinggi digunakan untuk imaging struktur-struktur yang bergerak cepat, sedangkan kecepatan frame yang rendah memperbaiki kualitas image dengan meningkatkan jumlah garis-garis akustik yang membentuk image tersebut. Kecepatan frame dapat tetap atau dipilih oleh operator atau dapat bervariasi secara otomatis.
                              Konfigurasi Tranduser :
1.      Linear array tranduser : Khusus untuk pola scanning linear.
·         flat sequenced array : mengandung sejumlah elemen piezoelektrik yang tersusun linear, yang ditransmisikan secara sekuensial kelompok-kelompok. Setiap kelompok elemen menghasilkan suatu garis akustik dan kelompok yang sama ini menunggu echo-echo yang kebali sebelumkelompok berikutnya ditransmisikan. Garis-garis akustik ini sejajar satu sama lain.
·         Curved linear array (convex array) : Mengandung sejumlah elemen piezoelektrik yang ditransmisikan secara sekuensial dalam kelompok-kelompok. Permukaan tranduser yang melengkung menghasilkan suatu blunted pie sctor cross sectional image.
·         Phased array tranduser : Mengandung sejumlah elemen piezoelektrik di sepanjang permukaan scanning yang kecil. Tiap garis akustik diarahkan dengan mentransimisikan semua elemen sebagai satu kelompok tetapi dengan perbedaan waktu yang kecil (phase). Phased array tranduser menghasilkan suatu sector image, tetapi berbeda daricorved linear array, area kontak dengan kulit jauh lebih kecil dan pie shaped sector image yang dihasilkan merupakan lapangan pandang yang terbatas untuk struktur-struktur yang terletak dekat permukaan kulit.
·         Trapezoidal array tranduser : Merupakan gabuang dari sequenced array dan phase array untuk neghasilkan format imaging trapezoid (vektor), yang dicapai dengan menambhakan lapangan pandang sektor ke kedua sisi linear image persegi panjang.
                              Output tranduser bergantung pada signal dari pulse, bergantung tegangan eksitasi dari pulser. Kristal bergetar tergantung dari magnitude dari tegangan elektrik pulser.

      C.  Pulser/Transmitter
                  Berfungsi menerima signal elektrik dari synchronizer, serta mwnghasilkan tegangan elektrik yang membuat kristal bergetar. Tegangan listrik yang digunakan berklisar antara 10-500 V. Semakin besar tegangan listrik akan semakin besar intensitas ultrasoniknya. Pulse signal bergantung pada sistem dan tranduser.

D.    Receiver
            Suatu receiver digunakan untuk processing awal informasi echo yang diterima.

            Fungsi receiver, diantarannya :
1.      Amplifikasi
      adalah memperkuat signal yang kembali dari peningkatan voltse kecil menjadi tranduser yang kemudian akan diproses voltase besar. TGC ( Time Gain Compensation) control adalah secara elektronik salah satu kontrol pada receiver yang mempengaruhi amplifikasi echo.
TGC terbagi atas :
a.       Near gain, yaitu berfungsi untuk mengatur kuat lemahnya gema yang ada dipermukaan.
b.      Delay, berfungsi untuk mengtur kuat lemahnya gema pada kedalaman berapa TGC mulai diatur.
c.       Slope, artinya perlu penambahan kekeuatan gema di daerah ini.
d.      Knee. Pada kedalaman ini dan selanjutnya amplifikasi signal konstant dan maksimum.
e.       Far Gain, berfungsi untuk memperkuat gema yang jauh dari permukaan.
2.      Kompensasi
            TGC atau swept gain, yaitu fungsi receiver yang digunakan untuk menyamakan perbedaan pada amplitudo echo yang diterima disebabkan oleh kedalaman reflektor.
3.   Reject
            reject berfungsi untuk menekan atau menghilangkan signal/gema yang sangat lemah yang justru menganggu gambaran, yang dikenal juga dengan noise.
4.   Compression
            adalah proses untuk megurangi dinamik range. Dinamik range adalah jumlah total rentang (range) dari signal yang paling lemah hingga signal yang paling kuat (dB). Suatu dinamic range yang lebar, yang sering dinyatakan dalam desible (dB), dapat memastikan rentang display gray level yang lebar, sehingga semakin banyak skala abu-abunya.
            Kompresi merupakan fungsi untuk mengurangi dinamik range agar selalu dijaga bahwa energi yang kuat tetap kuat dan signal yang lemah tetap lemah.
5.   Demodulation
            Berfungsi sebagai rectification yang mengubah tegangan negatif ke positif, dan smooting yang dapat memperhalus tegangan yang telah diperoleh dengan adanya envelope.



E.     Mode Display
                  Ada 4 mode display dasar untuk informasi untuk echo yang kembali, yaitu:
                        1.   A Mode
                                       A Mode (A Scan) memberikan display amplitudo modulasi ekshalasi puncak-puncak yang di display merupakan petunjuk adri kekuatan echo yang kembali. Jarak adri puncak rujukan ke puncak-puncak liannya di sepanjang garis dasar merupakan petunjuk jarak relatif ke berbagai reflektor.
                        2.   B Mode
                                       B Mode memberikan display brigthness modulasi dimana terdapat perubahan brightness titik untuk tiap echo yang diterima oleh tranduser. Pada sistem ultrasound B Mode, echo-echo yang kembali akhirnya di display pada TV monitor sebagai bayangan abu-abu yang merupakan tingkat brightness yang terputus-putus. Bayangan abu-abu yang lebih terang mewakili echo dengan tingkat intensitas yang lebih besar.
                        3.   T / M Mode
                                       T/ M (time Mortion) Mode adalah display B Mode grafik yang merupakan suatu display waktu satu dimensi yang mewakili gerakan struktur-struktur disepanjang satu garis yang ditembus oleh satu gelombang ultrasound.
                                       B Scan adalah display B Mode yang memberikan irisan melintang objek melalui bidang-bidang scanning. Istilah B Scan diterapkan pada sistem lama yang statis dan sistem real time imaging yang lebih baru.
                        4.   Effect Doppler

      F.   Scan Corverter
                  Komponen penyimapanan image yang terpenting adalah digital scan conventer, yang merubah informasi amplitudo echo menjadi format signal yang dapat ditangkap oleh TV monitor standar.
                  Selama proses konversi, informasi sementara disimpan pada memori digital scan converter. Scan converter memungkinkan untuk menyimpan gambar yang diperoleh dan mengolah/menampilkan pada CRT dengan skala abu-abu.
                  Amplitudo echo dan informasi posisi biasanya analaog, berati tidak mewakili nilai-nilai diskrit, karena itu harus memasukan data analog ke digital converter sebelum masuk kedalam memori digital scan converter.
                  Ada dua proses dalam scan converter, yaitu
1.      Pre-processing, yaitu proses memanipulasi data digital sebelum disimpan oleh scan converter tetapi setelah dalam bentuk data digital.
2.      Post processing, yaitu proses memanipulasi data setelah disimpan pada scan converter memory tetapi sebelum gambar ditampilkan (display).

      G.  Image Processing
                  Fungsi image processing, diantaranya :
1.      Write magnification, dilakukan sebelum memori digital. Memungkinkan operaator secara elektronik menambah ukuran image yang di display sebelum disimpan dalam memori digital.
2.      Read magnification, terjadi setelah memori digital. Memungkinkan operator memperbesar suatu area display tertentu dengan memperbesar masing-masing pixel.

CT SCAN

CT Scan
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu :

Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
Brain contusion.
Brain atrofi.
Hydrocephalus.
Inflamasi.
Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan dilakukan pemeriksaan CT
Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal.

2.TUJUAN
Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotop

3.PRINSIP KERJA
Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua sinar secara berdispensiasi. Pencatatan dilakukan dengan mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua diantaranya menerima sinar yang telah menembus tubuh dan yang satu berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga tititk, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit.

3. PENATALAKSAAN
Ü PERSIAPAN PASIEN
Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pasien dengan demikian menguragi stress sebelum waktu prosedur dilakukan. Test awal yang dilakukan meliputi :
Kekuatan untuk diam ditempat ( dimeja scanner ) selama 45 menit.
Melakukan pernapasan dengan aba – aba ( untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan pemeriksaan.
Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.
Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras maka wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan, dan hal ini merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer. Bersihkan rambut pasien dari jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.
4.PROSEDUR
Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.
Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.
5.HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Observasi keadaan alergiterhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
Ukur ntake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter.

pengertian dan komponen DR

pengertian DR
Digital radiografi adalah sebuah bentuk pencitraan imejing yang mengkombinasikan  antara sinar-x, detector, dan computer yang digunakan untuk menggantikan film radiografi konvensional yang masih merujuk pada processing kimiawi.

Komponen
Sebuah sistem digital radiographi terdiri dari 5 komponen utama, yaitu X-ray source, detektor, Analog-Digital Converter, Computer, dan Output Device.
1.      X-ray-Source
      Sumber yang digunakan untuk menghasilkan X-ray pada DR sama dengan sumber X-ray pada Coventional Radiography. Oleh karena itu, untuk merubah radiografi konvensional menjadi DR tidak perlu mengganti pesawat X-ray.
Tetapi jika ingin menggunakan pesawat radiografi  konvensional perlu penambahan komponen lagi yaitu detektor yang nantinya diletakan pada table.
2.      Detektor
Dalam digital radiografi dikenal dengan image reseptor atau detektor yaitu sebuah alat yang berfungsi menerima dan merekam sinar x yang diterima serta merubahnya kedalam cahaya tampak. Cahaya tampak ini diakibatkan pengaruh atenuasi sinar-x akibat menembus objek yang mengalami pelemahan.  Cahaya tampak ini diubah oleh bahan yang menyusun detektor  yaitu photostimulabel barium bromida. Flat panel detektor yang digunakan pada digital radiografi adalah High Density Line Scan Solid State detectors.

High Density Line Scan Solid State detectors merupakan alat yang terdiri dari Photostimulable Barium Fluoro Bromide yang dipadukan dengan Europium (BaFlBr:Eu) atau Fosfor Cesium Bromida (CsBr). Pada detektor fosfor merekam energi sinar-X selama penyinaran. Kemudian dipindai (scan) oleh sebuah dioda laser linear untuk mengeluarkan energi yang tersimpan dalam photostimulable barium fluoro bromide. Hasil energinya berupa sinya-sinyal analog. Oleh ADC (Analog Digital Converter) mengubah sinyal analog menjadi data digital. Kemudian data digital tersebut dibaca oleh sebuah penterjemah menjadi sebuah gambar yang disebut digital Charge Coupled Devices (CCD’s). lalu gambar ditampilkan dalam monitor dan ditransfer oleh Radiografer menuju work stasion milik radiolog.
3.      Analog to Digital Converter
Komponen ini berfungsi untuk merubah data analog yang dikeluarkan detektor menjadi data digital yang dapat diinterpretasikan oleh komputer. Didalam komponen ini terjadi proses pengkodean agar dapat diterjemahkan menjadi suatu kumpulan gambar, warna, atau apapun yang berkaitan dengan pemanipulasian data. Artinya dari sebuah data digital mengandung banyak kode-kode arithmatika dan geometri  agar computer dapat menafsirkan seluruh kode-kode tersebut
4.      Komputer (CPU)
Komponen ini berfungsi untuk mengolah data, manipulasi image, menyimpan data-data (image), dan menghubungkannya dengan output device atau work station. Disini computer sangatlah penting karena mengandung software yang dapat mempengaruhi kualitas citra. Pada dasarnya komputer yang digunakan adalah komputer yang sama seperti komputer PC biasa. Dan didalam CPU ini terdapat komponen CCD. Salah satu contoh softwere yang digunakan adalah directview yang digunakan dalam digital radiografi sebagai pengolah data (gambar).

5.      Output device

Sebuah sistem digital radiografi memiliki monitor, film, laser printer dll yang dapat menghasilkan gambaran. Melaui monitor ini, radiografer dapat menentukan layak atau tidaknya gambar untuk diteruskan kepada work station radiolog. Selain monitor, output device dapat berupa laser printer apabila ingin diperoleh data dalam bentuk fisik (radiograf). Media yang digunakan untuk mencetak gambar berupa film khusus (dry view) yang tidak memerlukan proses kimiawi untuk mengasilkan gambar. Gambar yang dihasilkan dapat langsung dikirimkan dalam bentuk digital kepada radiolog di ruang baca melaui jaringan work station. 

pengertian MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetic inti atom hidrogen. Untuk mengetahui lebih lanjut, Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran dibidang pemeriksaan radiologi diagnostik , yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla ( 1 Tesla = 1000 Gauss ) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen. ( Notosiswoyo )
Berdasarkan medan magnit ada 3 macam Magnetic Resonance Imaging  (MRI):
1.      Magnit permanen, dapat dibuat sampai 0,3 Tesla
2.      Magnit resistive, perlu arus listrik kekuatan sampai 0,2 tesla
3.      Magnit superconductive, perlu pendingin (helium) suhu -2690 C kekuatan 0,5 – 3 Tesla
Keuntungan medan magnit besar, homogenitas dan kestabilan tinggi sehingga resolusi gambar menjadi lebih baik dan waktu pemeriksaan lebih singkat dibandingkan 1 & 2

Sejarah Perkembangan Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Magnetic Resonance Imaging
(MRI) merupakan salah satu cara pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi yang menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa menggunakan sinar x. ( Rasad Sjahrar )
     Prinsip dasar Magnetic Resonance Imaging (MRI)  adalah inti atom yang bergetar dalam magnit. Prinsip ini pertama kali ditemukan oleh blonch dan purcell pada tahun 1946. Dengan penemuan tersebut mereka mendapat hadiah nobel pada tahun 1952. Pada prinsip ini proton yang merupukan inti atom hydrogen dalam sel tubuh berputar ( spining ), bila atom hydrogen ini ditembak tegak lurus pada intinya dengan radiofrekuensi tinggi didalam medan magnit secara periodik akan beresonansi, maka proton tersebut akan bergerak menjadi searah / sejajar. Dan bila radiofrekuensi tinggi ini dimatikan, maka proton yang bergetar tadi akan kembali keposisi semula dan akan menginduksi dalam satu kumparan untuk menghasilkan sinyal elektrik yang lemah. Bila hal ini terjadi berulang-ulang dan sinyal elektrik tersebut ditangkap kemudian diproses dalam komputer akan dapat disusun menjadi suatu gambar.
     Sejak penemuan ini, para ahli mulai mengembangkannya dalam bidang fisika dan kimia. Baru pada tahun 1971 damadian menemukan kegunaan Magnetic Resonance Imaging  (MRI) untuk membedakan jaringan normal dan jaringan abnormal / tumor pada spesimen hewan percobaan. Pada 1977 damadian dkk untuk pertama kali menerbitkan makalah hasil penelitiannya tentang rekaman MRI pada makhluk hidup. Alat Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk pemeriksaan tubuh untuk pertama kali dipergunakan pada tahun 1981 di hammersmith hospital di london oleh perusahaan E.M.I. baru pada akhir tahun 1982 alat MRI mulai ramai digunakan di rumah sakit besar, terutama di amerika dan eropa.
     Metode ini dipakai karena tubuh manusia mempunyai konsentrasi atom hydrogen yang tinggi (70%). Untuk menghasilkan sebuah gambaran dari proton, minimum dibutuhkan tenaga medan magnit 0,064 Tesla. Untuk suatu medan magnit yang rendah 0,2 tesla dibutuhkan kumparan yang normal dimana tenaga listrik dirubah menjadi panas. Untuk suatu medan magnit diatas 0,3 tesla dibutuhkan suatu kumparan istimewa / super. Kumparan ini ekstrim dingin (-2690 C), sehingga tahanannya tidak sama sekali nol. Oleh karena itu, kumparan super ini tidak memakai listrik. Kumparan ini sangat mahal. Saat kini alat Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang digunakan mulai dari 0.064 T sampai 3 Tesla.
Satu alat MRI yang lengkap terdiri dari:
1.      Sistem magnit
2.      Alat pemancar radio frekuensi tinggi
3.      Alat penerima radio frekuensi tinggi
4.      Komputer
5.      Tenaga listrik dan sistem pendingin

Penemuan MRI merupakan terobosan penting dalam kedokteran modern. Tanggal 3 Juli 1977 menandai tonggak sejarah pemeriksaan MRI pertama pada manusia setelah melewati masa 7 tahun penelitian yang melelahkan oleh dr. Raymond Damadian dan sejawatnya Minkoff dan Goldsmith. Saat itu untuk mendapatkan satu gambar MRI memerlukan waktu pemeriksaan sekitar 5 jam. Bandingkan dengan MRI saat ini yang hanya memerlukan waktu 30-90 menit

Kamar Gelap dan Alat Pemroses Film Radiografi


Persiapan penggunaan pesawat sinar-x dan alat pemroses film yang harus dikerjakan sebelum memulai program pengawasan mutu (quality control). Hal ini menjadi penting agar prosedur yang dilakukan dan penanganan yang dikerjakan mampu mengatasi persoalan yang ada sebelum dilakukan program pengawasan mutu.
A. Kamar Gelap

Bersihkanlah setiap bagiannya, termasuk tangki-tangki, lemari penyimpanan, bilik pengering dan lakukan program kerja secara berkelanjutan. Jaga agar jangan sampai timbul fog pada film yang disebabkan oleh cahaya lampu dan radiasi sinar-x ataupun cahaya remang dari lampu pengaman (safe light). Ingatlah bahwa merokok di dalam kamar gelap itu dilarang karena bisa mengakibatkan bahaya fog pada film akibat cahaya api yang dipancarkan rokok.

Sadarilah bahwa tingginya fog pada film akibat dari penyimpanan film yang tidak baik akan berakibat pada jeleknya gambar hasil. Kesalahan ini tidak dapat diperbaiki.

1. Safelight (lampu remang) harus diperiksa untuk mengetahui:
a. Apakah daya bola lampu susu yang dipasang sudah benar, yaitu menggunakan daya 15 watt. Kalau tidak tersedia, bola lampu berdaya 25 watt bisa digunakan. Tetapi jika menggunakan bola lampu berdaya 25 watt, sangat penting untuk diperiksa apakah ia akan menimbulkanfog yang disebabkan oleh lampu remang. Lampu remang hendaknya dipasang dengan jarak sekitar 130 cm di atas meja film atau 230 cm di atas lantai. Boleh meninggikan letak lampu remang apabila pada ketinggian yang disarankan masih menimbulkan fog pada film. Hal ini sering terjadi apabila digunakan lampu berdaya agak tinggi.
b. Jangan memasang lampu remang dengan jarak yang berimpit, agar tidak terjadi pertumbukan cahaya. Jika tempat bagian berimpitnya cahaya tersebut terlalu terang, akan mengakibatkan timbulnya fog(kabut) pada film.
c. Pilihlah jenis dan warna filter cahaya yang tepat terhadap jenis film -jangan sampai pada tabung lampu remang terdapat kebocoran cahaya- agar tidak menimbulkan fog film (biasanya terjadi pada lobang keluar kabel lampu remang).
2. Jam pengatur waktu harus selalu diperiksa setiap minggu agar didapatkan pengukuran waktu yang tepat sesuai dengan waktu yang diatur, caranya;
a. Aturlah waktu yang akan dites pada cahaya terang dengan berpatokan pada waktu pembangkitan (developing time) yang biasa digunakan. Perhatikan, apakah jam pengatur waktu mulai bergerak bersamaan dengan saat tombol untuk memulai proses film bergerak atau menyala? Setelah diketahui, dilanjutkan dengan menyetel waktu pembangkitan dan lampu alarmnya. Interval waktu yang disetel harus diperiksa dengan membandingkannya dengan jam yang lain.
b. Pengecekan ini harap dilakukan berulang-ulang untuk memastikan apakah waktu yang disetel telah benar. Kalau terjadi penyetelan waktu yang tidak konsisten, akan berakibat fatal pada proses pembangkitan. Hal ini bisa menyebabkan banyak gambar yang diulang.
c. Jika jam pengatur waktu tersebut hanya berubah menjadi cepat atau lambat, maka ia masih dapat digunakan asal petugas mengetahui patokan kesalahannya. Tetapi jika alat tersebut mengakibatkan gambar radiografi yang dihasilkan menjadi tidak konsisten, maka sebaiknya dibetulkan terlebih dahulu.
d. Jika tidak tersedia jam pengatur waktu, patokan waktu pembangkitan bisa diusahakan dengan mengamati lamanya waktu pembangkitan dari beberapa film yang sudah diproses dan memberikan hasil yang baik.
B. Alat Pemroses Film Radiografi
1. Alat Pemroses Film secara Manual
a. Sebelum menetapkan patokan untuk program jaminan kualitas, hendaknya dalam membuat larutan pembangkit (developer) dan penetap (fixer) ini diperhatikan betul petunjuk teknis penggunaan dari produk yang digunakan agar konsentrasi dan kerja larutan yang kita buat tersebut menjadi benar. Bak yang hendak diisi dengan larutan baru hendaknya dibersihkan terlebih dahulu dan aliran airnya diperiksa agar proses pembilasan (rinsing) dan pencucian (washing) dapat berjalan dengan baik. Ada beberapa tahapan kerja yang harus kita lakukan terhadap alat pemroses ini.
b. Matikan semua sakelar peralatan pendingin atau pemanas yang terdapat di dalam alat pemroses.
c. Buka semua aliran developer, bak rinsing dan washing serta sumbatan aliran air pada alat pemroses.
d. Tuangkan cairan fixer ke dalam tangki penampung untuk prosesrecovery (daur ulang).
e. Pindahkan tangki developer, fixer dan rinsing. Cuci dengan air dan gosok sampai bersih. Ingat, gunakan sikat yang berbeda untuk tangkideveloper dan fixer.
f. Pastikan bahwa pipa pembuangan dan pipa pembatas cairan sudah bersih dan periksalah apakah aliran airnya sudah betul-betul lancar?
g. Bersihkan dan sikat sambungan pipa air dan ganti bila sudah rusak.
h. Tempatkan kembali semua tangki pada posisi yang benar dan sambungkan kembali pada masing-masing pipanya.
i. Aduk larutan developer dan fixer sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat. Gunakan tongkat pengaduk yang berbeda untuk kedua larutan tersebut dan hati-hati pada waktu menuangkannya ke dalam tangki yang telah disediakan, jangan sampai terjadi tumpahandeveloper ke dalam cairan fixer.
j. Nyalakan tombol pemanas atau pendingin setelah pipa air diisi kembali.
k. Bersihkanlah bagian luar tangki dengan lap kasar agar sisa-sisa tumpahan dan percikan cairan tidak menempel pada tangki.

l. Periksalah apakah temperatur larutan sudah sesuai dengan anjuran. Aduklah larutan sebelum diukur suhunya karena perlu waktu kira-kira 1 jam bagi larutan untuk dapat bekerja pada suhu yang dianjurkan.

Kurva Karakteristik Radiografi


Film Karakteristik Kurva Dalam Film radiografi, jumlah foton mencapai film menentukan seberapa padat film ini akan menjadi saat faktor-faktor lain seperti waktu berkembang tetap konstan. Jumlah foton mencapai film ini adalah fungsi dari intensitas radiasi dan waktu yang film ini terkena radiasi. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kontrol jumlah foton mencapai film ini "eksposur."
Film Karakteristik Kurva
Berbagai jenis Film radiografi merespon secara berbeda terhadap jumlah yang diberikan eksposur. Film produsen umumnya menggolongkan film mereka untuk menentukan hubungan antara paparan diterapkan dan densitas film yang dihasilkan. Hubungan ini biasanya bervariasi pada rentang kepadatan film, sehingga data tersebut disajikan dalam bentuk kurva seperti satu untuk
                       








AA400 Kodak ditampilkan ke kanan. plot ini disebut kurva karakteristik film, kurva sensitometric, kurva kepadatan, atau kurva H dan D (nama untuk pengembang Hurter dan Driffield)."Sensitometry" adalah ilmu yang mengukur respon emulsi fotografi terhadap cahaya atau radiasi. 
Skala log digunakan atau nilai dilaporkan dalam satuan log pada skala linier untuk menekan sumbu-x. Selain itu, nilai eksposur relatif (unitless) sering digunakan. eksposur relatif adalah rasio dari dua eksposur. Misalnya, jika satu film terkena sebesar 100 keV untuk 6mAmin dan film kedua terpapar pada energi yang sama untuk 3mAmin, maka akan eksposur relatif 2.Gambar langsung ke kanan menunjukkan kurva film tiga karakteristik dengan eksposur relatif diplot pada skala log, sedangkan gambar di bawah ini dan ke kanan menunjukkan log eksposur relatif diplot pada skala linier.
Penggunaan logaritma dari skala eksposur relatif memudahkan untuk membandingkan dua set nilai-nilai, yang merupakan penggunaan utama dari kurva. Film kurva karakteristik dapat digunakan untuk mengatur eksposur digunakan untuk menghasilkan radiograf dengan kepadatan tertentu untuk eksposur yang akan menghasilkan radiograf kedua densitas film yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kurva juga dapat digunakan untuk berhubungan paparan diproduksi dengan satu jenis film untuk eksposur yang dibutuhkan untuk menghasilkan radiograf dengan densitas yang sama denga kedua jenis film.
Menyesuaikan Paparan untuk Menghasilkan Density Film Berbeda
Misalkan Film B terpapar dengan 140 keV di 1mA selama 10 detik dan radiograf yang dihasilkan memiliki densitas di wilayah bunga sebesar 1,0.Spesifikasi biasanya membutuhkan kepadatan yang akan di atas 2.0 untuk alasan yang dibahas di halaman densitas film. Dari kurva karakteristik film, eksposur relatif untuk kepadatan aktual dan kepadatan yang diinginkan ditentukan dan rasio dari dua nilai digunakan untuk mengatur eksposur yang sebenarnya. Dalam contoh pertama, plot dengan eksposur log relatif dan sumbu x linier akan digunakan.
Dari grafik, pertama menentukan perbedaan antara eksposur relatif dari aktual dan kepadatan yang diinginkan. Sebuah kepadatan target 2,5 digunakan untuk memastikan bahwa eksposur menghasilkan kepadatan di atas persyaratan minimum 2.0. Pemaparan log relatif dari kepadatan 1.0 adalah 1,62 dan log dari eksposur relatif ketika densitas film ini 2,5 adalah 2.12. Perbedaan antara dua nilai adalah 0,5. Ambil anti-log dari nilai ini untuk mengubahnya dari eksposur relatif log untuk sekedar eksposur relatif dan nilai ini adalah 3.16. Oleh karena itu, paparan yang digunakan untuk menghasilkan radiograf awal dengan kepadatan 1.0 harus dikalikan dengan 3,16 untuk menghasilkan radiograf dengan kepadatan yang diinginkan 2,5. Pemaparan dari sinar x asli-adalah 10 mas, sehingga eksposur baru harus 10 mas x 3,16 atau 31,6 mas di 140 keV.
Menyesuaikan Paparan untuk Izinkan Penggunaan Jenis Film Berbeda
Penggunaan lain kurva karakteristik film adalah untuk mengatur pemaparan switching jenis film. Lokasi kurva karakteristik film yang berbeda sepanjang sumbu-x berkaitan dengan kecepatan film film. Semakin jauh ke kanan bahwa kurva adalah pada tabel, semakin lambat kecepatan film. Harus dicatat bahwa kedua kurva yang digunakan harus telah dihasilkan dengan energi radiasi yang sama. Bentuk kurva karakteristik sebagian besar tergantung pada panjang gelombang sinar-x atau radiasi gamma, tapi lokasi kurva sepanjang sumbu x, sehubungan dengan kurva film lain, tidak tergantung pada kualitas radiasi.
Misalkan suatu radiograf diterima dengan kepadatan 2,5 diproduksi dengan mengekspos Film A untuk 30 detik pada 1mA dan 130 keV.Sekarang, perlu untuk memeriksa bagian menggunakan Film B. paparan ini dapat disesuaikan dengan mengikuti metode di atas, selama di film kedua kurva karakteristik yang diproduksi dengan kasar kualitas radiasi yang sama. Untuk contoh ini, kurva karakteristik untuk Film A dan B ditampilkan pada grafik yang menunjukkan eksposur relatif pada skala log. Eksposur relatif yang menghasilkan kepadatan 2,5 di Film A ditemukan 68. Eksposur relatif yang harus menghasilkan kerapatan 2,5 di Film B adalah ditemukan 140. Pemaparan relatif Film B adalah sekitar dua kali lipat dari Film A, atau 2,1 lebih tepat. Oleh karena itu, untuk menghasilkan radiograf 2,5 kepadatan dengan Film B eksposur harus 30mAs 2.1 atau 62 kali mas.


Jumat, 11 Oktober 2013

Digital Radiography






Digital radiografi adalah sebuah bentuk pencitraan sinar_X, dimana sensor-sensor sinar-X digital digunakan menggatikan film fotografi konvensional. Dan processing kimiawi digantikan dengan sistem komputer yang terhubung dengan monitor atau laser printer.

1. Komponen Digital Radiography

Sebuah sistem digital radiographi terdiri dari 4 komponen utama, yaitu X-ray source, detektor, Analog-Digital Converter, Computer, dan Output Device.

a. X-ray Source

Sumber yang digunakan untuk menghasilkan X-ray pada DR sama dengan sumber X-ray pada Coventional Radiography. Oleh karena itu, untuk merubah radiografi konvensional menjadi DR tidak perlu mengganti pesawat X-ray.

b. Image Receptor

Detektor berfungsi sebagai Image Receptor yang menggantikan keberadaan kaset dan film. Ada dua tipe alat penangkap gambar digital, yaitu Flat Panel Detectors (FPDs) dan High Density Line Scan Solid State Detectors.

1) Flat Panel Detectors (FPDs)

FPDs adalah jenis detektor yang dirangkai menjadi sebuah panel tipis. Berdasarkan bahannya, FPDs dibedakan menjadi dua, yaitu

a) Amorphous Silicon

Amorphous Silicon (a-Si) tergolong teknologi penangkap gambar tidak langsung karena sinar-X diubah menjadi cahaya. Dengan detektor-detektor a-Si, sebuah sintilator pada lapisan terluar detektor (yang terbuat dari Cesium Iodida atau Gadolinium Oksisulfat), mengubah sinar-X menjadi cahaya. Cahaya kemudian diteruskan melalui lapisan photoiodida a-Si dimana cahaya tersebut dikonversi menjadi sebuah sinyal keluaran digital. Sinyal digital kemudian dibaca oleh film transistor tipis (TFT’s) atau oleh Charged Couple Device (CCD’s). Data gambar dikirim ke dalam sebuah computer untuk ditampilkan. Detektor a-Si adalah tipe FPD yang paling banyak dijual di industri digital imaging saat ini.

b) Amorphous Selenium (a-Se)

Amorphous Selenium (a-Se) dikenal sebagai detektor langsung karena tidak ada konversi energi sinar-X menjadi cahaya. Lapisan terluar dari flat panel adalah elektroda bias tegangan tinggi. Elektrode bias mempercepat energi yang ditangkap dari penyinaran sinar X mealui lapisan selenium. Foton-foton sinar-X mengalir melalui lapisan selenium menciptakan pasangan lubang electron. Lubang-lubang elektron tersebut tersimpan dalam selenium berdasarkan pengisian tegangan bias. Pola (lubang-lubang) yang terbentuk pada lapisan selenium dibaca oleh rangakaian TFT atau Elektrometer Probes untuk diinterpretasikan menjadi citra.

2) High Density Line Scan Solid State device

Tipe penangkapan gambar yang kedua pada DR adalah High Density Line Scan Solid State device. Alat ini terdiri dari Photostimulable Barium Fluoro Bromide yang dipadukan dengan Europium (BaFlBr:Eu) tatu Fosfor Cesium Bromida (CsBr).

Detektor fosofor merekam energi sinar-X selama penyinaran dan dipindai (scan) oleh sebuah dioda laser linear untuk mengeluarkan energi yang tersimpan yang kemudian dibaca oleh sebuah penangkap gambar digital Charge Coupled Devices (CCD’s). Image data kemudian ditransfer oleh Radiografer untuk ditampilkan dan dikirim menuju work stasion milik radiolog.

c. Analog to Digital Converter

Komponen ini berfungsi untuk merubah data analog yang dikeluarkan detektor menjadi data digital yang dapat diinterpretasikan oleh komputer.

d. Komputer

Komponen ini berfungsi untuk mengolah data, manipulasi image, menyimpan data-data (image), dan menghubungkannya dengan output device atau work station.

e. Output Device

Sebuah sistem digital radiografi memiliki monitor untuk menampilkan gambar. Melaui monitor ini, radiografer dapat menentukan layak atau tidaknya gambar untuk diteruskan kepada work station radiolog.

Selain monitor, output device dapat berupa laser printer apabila ingin diperoleh data dalam bentuk fisik (radiograf). Media yang digunakan untuk mencetak gambar berupa film khusus (dry view) yang tidak memerlukan proses kimiawi untuk mengasilkan gambar.

Gambar yang dihasilkan dapat langsung dikirimkan dalam bentuk digital kepada radiolog di ruang baca melaui jaringan work station. Dengan cara ini, dimungkinkan pembacaan foto melaui teleradiology.

2. Prinsip Kerja

Prinsip kerja Digital Radiography (DR) atau (DX) pada intinya menangkap sinar-X tanpa menggunakan film. Sebagai ganti film sinar X, digunakan sebuah penangkap gambar digital untuk merekam gambar sinar X dan mengubahnya menjadi file digital yang dapat ditampilkan atau dicetak untuk dibaca dan disimpan sebagai bagian rekam medis pasien.







COMPUTED RADIOGRAPHY






Computed Radiography adalah proses digitalisasi gambar yang menggunakan lembar atau photostimulable plate untuk akusisi data gambar (Ballinger, 1999). Dalam Computed Radiography terdapat system komponen utama yaitu, Image Plate (IP), Image Reader, Image Console dan Imager. 
Computed Radiography mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan radiografi konvensial, antara lain :
1.    Angka pengulangan yang lebih rendah karena kesalahan-kesalahan faktor teknis. 
2.    Resolusi kontras yang lebih tinggi dan latitude eksposi yang lebih luas dibandingkan emulsi film radiografi.
3.    Tidak memerlukan kamar gelap atau biaya untuk film ( jika gambar tidak ditampilkan dalam hard copy).
4.    Kualitas gambar dapat ditingkatkan. 
5.    Penyimpanan gambar lebih mudah baik dengan hard copy maupun penyimpanan elektronik. ( Papp, 2006). 
B.   Kelebihan
Keterbatasan dari Computed Radiography antara lain : 
1.    Biaya yang cukup tinggi untuk IP, unit CR reader, hardware dan software untuk workstation. 
2.    Resolusi spatial rendah. 
3.    Pasien potensial untuk menerima radiasi yang overexposed. Computed Radiography (CR) dapat mengkompensasi overeksposure, sehingga radiografer terkadang member eksposi yang berlebih pada pasien. 
4.    Adanya artefak pada gambar akibat proses penghapusan IP yang kurang baik. ( Papp, 2006).

pembentukan gambaran pada CR
secara ringkas proses produksi gambar digital pada Computed Radiography adalah Imaging Plate (IP) diekspose dengan sinar-x, maka akan terbentuk bayangan laten pada IP. IP yang telah diekspose ini dimasukkan pada Image Plate Reader. IP kemudian di scan dengan helium-neon laser (emisi cahaya merah) sehingga kristal pada IP menghasilkan cahaya biru. Cahaya ini kemudian dideteksi oleh photosensor dan dikirim melalui Analog Digital Converter ke computer untuk diproses. Setelah gambar diperoleh, IP ditransfer ke bagian lain dari Imaging Plate Reader untuk dihapus agar IP tersebut dapat digunakan kembali. Gambar yang telah discan kemudian dimasukkan ke dalam komputer untuk diproses lalu ditampilkan pada monitor atau film (Ballinger, 1999).